Kamis, 05 Maret 2015

BILA SANG GURU PERGI


buat Guru Kami: Agus NurYatno

                  
                      … “bagaimana..!? Sudah siap menerima sesuatu yg besar”…



“Kok botaknya semakin ke belakang pak!”, yang dikatain botak tersenyum manis, “inilah salah satu tanda keseriusan” ucapnya sambil mengelus pundak lawan bicaranya, Yang ngatain botak cengar-cengir  salah tingkah, “ngapunten pak Cuma bercanda”. “heemm.. aku suka mahasiswa sepertimu, dirimu jujur sekali. Oya... apa kamu serius dengan cita-citamu yg kamu sbutkan kmarin ?”, “tentu pak!, itu cita-citaku sebelum aku hadir ke Dunia”, “cakep…, perjuangkn dngn kedikdayaanmu anak muda, aku yakin kamu akan dapat merengkuhnya”.

Itulah sepengal kisah bersama Guru kami pak Agus Nuryatno, dengan sahabat kami asal Rembang sebelum perkuliahan dimulai. Teman kami tsb Qabib namanya, dia memang kadang celelekan, tpi mempunyai keinginan yg tidk sembarangan, ingin jadi kepala Desa, pak aguslah yg mendukung pertama kali.

Jumat, 28 Maret 2014

Motorku macet lagi..



…. akan ku tunggu mbak, jangankan cuma sebentar, sampai pagipun akan ku tunggu ….

Beberapa hari kemarin aku merasa rindu, sebuah hal yang sulit di terima oleh nalar, apa lagi oleh kata2. Dulu, mula-mula begitu menggangu, bahkan amat menjengkelkan, aku hampir putus asa dengan si Dia. Keputusan telah ku ambil, ya.. talak tiga,.. sunguh. Tapi entah mengapa dulu keputusan itu ku urungkan, bisa jadi aku merasa kasihan, kalau dia jauh dariku, lantas siapa juga yang mau merawatnya?.
             Bagai mana aku tdk jengkel, demi merawatnya aku banyak kehilangan lembar rupiyah, bahkan uang makanku juga sering lenyab gara2 si dia. Tidak berhenti disitu, sering waktu mengantarku kesebuah agenda penting, yang diacara itu mentaruhkan masadepanku, di tengah jalan si dia berhenti mendadak tanpa alasan yang jelas, dan tak mau jalan lagi, padahal beberapa hari sebelumnya si dia menguras kantongku (yg memang tidak banyak isinya) di sebuah jasa sepesialis yang menjadi lenggananku (mungkin si-sepesialis juga bosan dengan si dia, itu jelas saya tangkap dari raut mukanya disetiap aku datang). Gara2 kejadian ini, gambaran tentang masadepanku sementara terbang bak bidadari meningalkan tempat pemandian di bumi.

Selasa, 19 November 2013

Belum Dikasih Judul

Sebuah Cerpen...
(Tulisan tak penting...)


Seorang laki-laki nampak keluar dari rumah kontarakannya, ditatapnya langit, penuh dengan mendung berarak dari barat ketimur. Dengan malas Ia pun meninggalkan rumah yang sudah dikontaraknya dua tahun belakangan, cuaca seperti ini merupakan hal yg menjengkelkan, karena itu merupakan ‘musuh’ baginya.
15 menit kemudian, sampailah dia di sebuah tempat yang menjadi tumpuan bagi pendapatannya. Sekitar delapan lapak berjajar rapi di sana. ada Soto, Somai, Jagung keju, Es Belended, Es Coffee, Mie ayam, Tahu Bumbu Khas jawa timur dan Lotek. Dengan murung Ia menuju salah satu lapak yg berjajar rapi itu, “eee.. anak muda baru bangun ya, jam gini baru datang”, seorang bapak pemilik salah satu lapak menyambutnya, sebuah kalimat yg hampir rutin didengarnya setiap kali Ia mulai aktifitas di tempat itu, si laki2 hanya berusaha tersenyum sambil mempersiapkan dagangannya, sementara para pemilik lapak lain pada sibuk melayani pembeli. Gerimispun mendadak turun.
Semua pemilik lapak semakin sibuk, berusaha sebaik mungkin melayani para pembeli yg mayoritas bersepatu dan bawa buku itu, agar mereka secepat mungkin menikmati pesanannya. Gerimispun berlanjut, Si laki2 semakin oga-ogaan menata daganggannya.
Tiba2 terdengar suara, “pak mau pesan”, tanpa menoleh pd yg punya suara, Si laki2 menjawab “ya.. pesan apa?”,   
Mendangar suara si penjual calon pembeli itu mengubah pangilannya “eh maaf mas, saya kira pak, di sini minumnya apa saja ya mas?”,
Si laki2 tidak terpengaruh, walau ditempat itu amat jarang yg memangilnya dengan pangilan Mas,

Senin, 09 September 2013

' Waktu Minggu Masih Pagi '


“… walau kukatakan dengan berteriak..
Ataupun hanya kusimpan dalam hati…
Tetap kupangil engkau cinta”. **

          Seperti biasa, setelah khuwajiban itu kujalankan, mata tetap saja mengajak untuk kembli ke atas tikar yang aku lupa kapan terakir aku menucucinya. Ya.. untuk apa lagi kalau tidak terlelap kembali, dalam hati selalu berujar, “tentang kawan, tenang, hari-hari akan seperti kemarin tidak ada bedanya”. Orang2 akan terus berjalan, berdesakan bagai tikus2 di jalan yg licin, berdesakan bertanya pada sebuah kebenaran yg membosankan, pagaimana berkorban untuk mengubah nasib yg tidak berpihak?, ah begitu menjengkelkan.

Minggu, 07 Juli 2013

Kangen



Berada dipuncak tertinggi, di antara bentangan bukit-bukit hijau, tebing-tebing menjulang, batu-batu besar yang angker dan merasakan lembutnya belaian kabut yang terhempas”

Ah.. rasanya ada sesuatu yang masuk ke dada dan menetralkan segala racun hidup dalam tubuh. selepas itu, aku benar2 bisa memahami betapa kecilnya manusia sekaligus merasakan betapa tak bergunanya laki-laki macam diriku. Itulah alasan mengapa saya dulu kecanduan melakukan pendakian.
Alasan ini tentunya tidak seragam dengan temen2 lain yang juga suka naik gunung. Ada teman yang demen naik gunung hanya karena merasa nyaman setelah bangun bagi diatas gunung, ada juga yang suka naik gunung karena makan apa saja diatas gunung itu nikmatnya ndak ketulungan, termasuk menikmati copi dikedinginan dibawah rata-rata sambil meresapi adiluhungnya karya tuhan (seperti teman saya Dias Eka Saputra), ada juga yg hobi mendaki hanya gara2 tenang dan damai berada di antara rimba bunga abadi.
Ah.. bunga abadi, saya sebetulnya tidak tergoda dengan bunga macam begini, walau akhirnya diam-diam mengaguminya.

Selasa, 14 Mei 2013

Syair-syair Crestiano Ronaldo/CR 7 (Sewindu II)



“… bila Negara ini mengambil dasar negara berdasarkan Pancasila, maka, sama saja kita menuju jalan ke Neraka…”

Itulah Salah satu penggalan syair tercantik diawal bulan ini yang sempat mampir ketelingaku. Syair tersebut disuarakan lantang oleh tokoh nasional 63 tahun-nan yg lalu. Gara2 syair ini, beliau dibenci pemerintah bahkan endingnya dipenjarakan. Tpi apakah beliau gentar..?, saya kira saudara2 tahu jawabannya.
Lantas, apakah “syair” kita saat ini, yang membuat kita dipenjarakan?. Tidak ada Bung..! tidak ada.

Rabu, 17 April 2013

SEWINDU


“…terkadang, rasa terombang-ambing yg membuat bimbang akan terus datang. kata-kata mesra menjadi terkunci dan sulit dikeluarkan lagi...”


Aku cepat-cepat meng klik tautan itu, kabar yg menurutku begitu menarik, sebuah info berkenaan dengan seseorang yg beberapa bulan ini begitu mempengaruhi seleraku. Tapi beberapa menit kutungu tautan itu tak Nampak, ku klik lagi, tetap ndak muncul, wah agak geregetan juga. Lantas ku klik ber kali-kali, wah..duh malah muncul tulisan ‘problem lauding page’ dan ‘Unable to connect’ disertai tanda seru didalam persegi tiga warna kuning, wah..wah apa pula tuh artinya.. tanda itu mirip rambu2 dijalan kampungku, bedanya klo dikampungku disertai tulisan yg begitu tidak rapi namun jelas dapat dipahami, “orasah ngebut dab, montor seng kridit tor seng tuku bapakmu we,, nggaayaa….!” (tak usah ngebut2 maz.. motor kriditan dan punyak babak lho.. aja.. somboong..)